MANAJEMEN RESIKO KESEHATAN DAN KECELAKAAN KERJA

Sebagai topik pembahasan lanjutan mengenai artikel K3 sebelumnya. Pada kesempatan kali ini saya akan share tentang manajemen resiko kesehatan dan keselamatan kerja, ini merupakan bagian dari HSE perusahaan sebagai prosedur penanganan atau tindakan pertolongan pada kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah, pelaku usaha, tenaga kerja dan sebagainya. Sementara beberapa industri bersifat lebih berbahaya dari industri yang lain, kelompok pekerja migran dan pekerja berpenghasilan kecil yang lain lebih banyak dihadapkan pada potensi resiko mengalami kecelakaan akibat pekerjaan, serta dampak kesehatan yang kurang baik, faktor utama yang memaksakan mereka adalah keadaan ekonomi yang membuat para pekerja terpaksa menerima pekerjaan yang tidak aman.

sumber : www.pixabay.com

Pendekatan Menghadapi Risiko
Ada berbagai pendekatan yang umum dilakukan untuk menghadapi risiko pekerjaan dalam perusahaan agar aktivitas tetap berjalan dengan tenang, yakni pada poin berikut :
  • Melupakan pikiran-pikiran kekhawatiran risiko, karena dianggap merupakan hal yang diluar kendali manajemen. Pendapat tersebut merupakan cara pendekatan yang tidak tepat, karena tidak semua risiko berada diluar kontrol perusahaan.
  • Menghindari semua kegiatan atau proses produksi yang berpotensi risiko. Ini tidak mungkin dilaksanakan , karena semua aktivitas ditempat kerja sampai berbagai tingkat tertentu pasti ada risiko.
  • Menerapkan manajemen risiko, dalam arti risiko setinggi apapun yang dihadapi sebenarnya merupakan suatu pemikiran positif yang diharapkan akan memberikan nilai tambah atau penghasilan yang tinggi pula, hal ini tentu menjadi motivasi bagi tenaga kerja, namun harus tetap bekerja dengan mentaati prosedur agar tetap aman.
Aspek ekonomi, social dan legal merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko. Dampak finansial akibat dari kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau kerugian aset, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat memengaruhi produktivitas. Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan perundang-undangan yang tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat memerlukan penerapan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui partisipasi pihak terkait.

Manajemen risiko kesehatan ditempat kerja mempunyai tujuan : minimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian akibat kegagalan produksi yang menyebabkan kecelakaan dan sakit, serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan akibat suatu pekerjaan.

Mengidentifikasi Bahaya di Tempat Kerja
Sebagai langkah awal manajemen risiko kesehatan ditempat kerja adalah mengidentifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi dari faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong dari fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang ada pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil sampling proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus ini terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan pemilikan material safety data sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang akan digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan yang aktif terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toxic nya.

Karakteristik Risiko
Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada pekerja.Dalam hal ini adalah perpaduan tingkat parah dari gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik (racun), dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi bahaya yang potensial. Karakteristik risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran intensitas/ konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan kerja.

Penilaian Resiko
Ada beberapa rincian langkah yang umum dilaksanakan dalam penilaian risiko sebagai berikut :
  1. Menentukan personil penilai, pada penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain di luar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. Tergantuk dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang.
  2. Menentukan objek yang akan dinilai, objek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian/departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan objek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai.
  3. Kunjungan inspeksi di tempat kerja, kegiatan ini bisa di mulai melalui suatu "work through survey/inspection" yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Inspeksi di tempat kerja yakni melihat, mendengar, mencatat semua keadaan ditempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal-hal lain yang terkait.
  4. Identifikasi potensi bahaya, ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya ditempat kerja misalnya : inspeksi/survei ditempat kerja secara rutin, memberikan informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, melakukan absensi, laporan dari panitia pengawas K3, memeberikan lembar data keselamatan bahan material. Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk memprediksi langkah tindakan selanjutnya yang kemungkinan ada risiko potensi bahaya
  5. Mencari informasi / data potensi bahaya, upaya ini bisa dilakukan misalnya melalui perpustakaan, mempelajari MSDS, petunjuk teknis,standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan.
  6. Analisis risiko, dalam kegiatan ini semua jenis risiko akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahanya, atau rencana tindakan untuk mengatasi risiko tersebut untuk dibahas secara rinci dan dicatat selengkap-lengkapnya. Ketidaksempurnaan dalam upaya ini dapat terjadi, tetapi perbaikan akan senantiasa diperoleh.
  7. Evalusai risiko, untuk memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian resiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Berbgai nasehat serta konsultasi dari para ahli pasti diperlukan pada analisis dan evaluasi risiko.

Tujuan dari proses manajemen resiko yaitu untuk kurangi resiko yang tidak sama yang terkait dengan bagian yang sudah diambil pada tingkat yang bisa di terima oleh orang-orang. Hal semacam ini dapat berbentuk beragam type ancaman yang dikarenakan oleh lingkungan, tehnologi, manusia, organisasi dan politik. Di segi lain proses manajemen resiko melibatkan semua cara yang ada untuk manusia, terutama, untuk entitas manajemen resiko (manusia, staff, dan organisasi).  Diperlukan untuk memantau keefektifan setiap langkah sistem manajemen resiko. Mengecek kembali sistem yang tengah jalan sangat penting untuk menanggung gagasan manajemen agar selalu relevan.


0 Response to "MANAJEMEN RESIKO KESEHATAN DAN KECELAKAAN KERJA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel